Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya Muslim.
Sebagian besar muslim di Indonesia menganut faham Ahlussunnah Wal Jamaah
(Aswaja). Pada mulanya, mayoritas muslim Indonesia mengikuti Madzhab al
Asyari dan al Maturidi dalam bidang akidah, Imam Syafi’I dalam
bidang fiqih, dan Hujjatul Islam al Ghozali dan Abul Hasan as Syadzili
dalam bidang Tasawwuf.
Pada hakikatnya faham Ahlussunnah wal Jama’ah mengikuti
ajaran murni dari Rasululloh SAW. Para ulama-ulama merupakan penyambung mata
rantai kita dengan baginda Rasululloh SAW. Ibnu Mubarok berkata :
لَوْلَا الْاِنْسَادُ لَقَالَ كُلًّ مَنْ شَاءَ
مَا شَاءَ
“Apabila tidak ada sanad,
maka berkatalah setiap orang yang berkehendak sesuai keinginan mereka sendiri”
Dikatakan :
هَدَا دِيْنُ فَانْظُرْ
عَمَّنْ تَأْخُدُ دِيْنَكَ
“
Islam ini adalah agama, maka fikirknlah dari mana kamu mengambil agama ini”
Sejarah munculnya aliran-aliran dalam Islam
Semenjak wafatnya Rasululloh SAW, umat
islam sebenarnya berada dalam satu garif pemahaman akidah dan fiqih. Perbedaan
yang pertama adalah mengenai meninggalnya Nabi Muhammad SAW, sebagian kaum
menganggap beliau tidah meninggal, melainkan diangkat oleh Allah SWT
sebagaimana terangkatnya Nabi Isa As. Perbedaan ini kemudian usai setelah Abu
Bakar Ra membacakan surah az Zumar ayat 30 :
“Sesungguhnya
engkau (Muhammad) aka meninggal dan manusiapun akan meninggal”
Lalu para sahabat berselisih tentang tempat
pemakaman Rasululloh , ada yang ingin dimakamkan di Mekkah, ada yang ingin di
makamkan di Madinah, dan ada pula yang menginginkan Rasululloh dimakamkan di
Baitul Maqdis.Perbedaan ini usai setelah Abu Bakar meriwayatkan :
“Sesungguhnya
para nabi itu dimakamkan dimana mereka diambil nyawanya”
Masalah berikutnya tentang Imamah
(kepemimpinan setelah beliau). Lalu masalah ini juga usai setelah Abu Bakar
meriwayatkan dari Nabi SAW. “Sesungguhnya Para Nabi itu tidak mewarisi
(harta)”. Dan masih banyak perbedaan-perbedaan lainnya.
Pertentangan sesungguhnya terjadi pada
zaman Sayyidina Utsman. Sebagian orang tidak setuju dengan kebijakan beliau
yang lebih memprioritaskan kerabatnya dalam kursi pemerintahan. Akbirnya mereka
memberontak dengan menghunuskan pedang ke leher beliau saat beliau masih nikmat
membaca Al-Quran.Inilah awal dari Fitnah Kubro yang terjadi setelah
wafatnya Nabi Muhammad SAW.
Setelah wafatnya Sayyidina Utsman, Kaum
pemberontak memaksa Sayyidina Ali untuk mau dibaiat sebagai khalifah. Awalnya
beliau menolak, tetapi setelah seluruh kaum muslimi dipaksa untuk membaiatnya,
Sayyidina Ali bersedia dibaiat menjadi khalifah.
Pada masa Sayyidina Ali, sebagian golongan
memutuskan mengelurkan diri dari barian taat kepada Sayyidina Ali.Mereka
mengibarkan bendera perbedaan dengan beliau, bahkan berencana akan membunuh
beliau.Kaum inilah yang dikenah dengan sebutan Kaum Khawarij (Kelompok yang
mengeluarkan diri).
Aliran Khawarij terpecah menjadi 20
golongan yang saling mengkafirkn satu sama lain. Diantaranya adalah Muhkamatul
Ula, Azariqoh, Majadat, Shufriyah, ‘Ajaridah dan Ibadiyyah. ‘Ajaridah terpecah
menjadi beberapa golongan, diantaranya Khozimiyyah, Sya’biyyah, Ma’lumiyyah,
Majhuliyyah, Ma’badiyyah, Rosyidiyyah, Mukarromiyyah, Hamziyyah,Ibrahimiyyah,
dan Waqifah. Ibhadiyyah terpecah menjadi hafsiyyah, Haritsiyyah, Yaidiyyah,
Ashhabu Tho’at.
Sedangkan sebagian golongan yang lain tidak
mengeluarkan diri dari Sayyidina Ali, bahkan mereka sangat berlebih-lebihan
dalam memuji beliau dan mengesampingkan sahabat yang lain. Golongan ini
diprakarsai oleh seorang tokoh munafik, Abdulloh bin Saba’. Kelompok inilah
yang akhirnya menyandang nama Syiah atau Rofidhoh. Lantas Sayyidina Ali
membakar mereka dan mengasingkan Abdulloh bin Saba’ ke pedalaman kota.
Setelah itu aloran Rofidhoh terpecah
menjadi 4 Golongan, yaitu Zadiyyah, Imamiyyah, Kaisyaniyyah, dan Ghulat.
Keempat aliran tersebut terpecah lagi menjadi beberapa sekte. Aliran Zadiyyah
terpecah menjadi Jarudiyyah, Sulaimaniyyah, dan Buthriyyah. Imamiyyah terpecah
menjadi 15 golongan, yakni, Baqiriyyah, Nawisuyyah, Syamaitiyyah, ‘Ammariyyah,
Ismailiyyah, Mubarokiyyah, Musawwiyyah, Qoth’iyyah, Itsna Asyariyyah,
Hisyamiyyah, Zuroriyyah, yunusiyyah, Syaithoniyyah, dan Kamiliyyah. Sedangkan
Ghulat terpecah menjadi Bayaniyyah, Mugiriyyah, Janahiyyah, Manshuriyyah,
Khitobiyyah, dan Hululiyyah. Golongan seperti mereka sudah jelas keluar dari
agama islam, sebeb mempertuhankan Imam dan menghujat para khalifah.
Sebagian golongan lain memilih tidak
memberikan sikap tentang apa yang terjadi pada waktu itu, Akan tetapi mereka
malah mendirikan aliran sendiri yang berpendapat tentang akidah. Mereka
mengatakan, iman dalam hati saja sudah cukup. Setelah itu tidak masalah seorang
melakukan kemaksiyatan dan kekufuran. Aliran ini dinamakan Murji’ah dan
terpecah menjadi 5 golongan yaitu, Yunsiyyah, Ghossaniyyah, Tsaubaniyyah,
Taumaniyyah, dan Marisiyyah.
Setelah itu banyak aliran-aliran baru yang
bermunculan, seperti Qodariyyah, Muktazilah. Muktazilah terpecah menjadi
Washiliyyah, ‘Amruwiyyah, Hudziyyah, Nadzomiyyah, Mardariyyah, Ma’mariyah,
Tsumamiyyah, Jahidziyyah, Khobithiyyah, Himmariyyah, Khoyathiyyah,
Syahmaliyyah, Ashhabu Shohih Qubbah, Marisiyah, Ka’biyyah, Jubba’iyyah, dan
Bahsyamiyyah.
Satu aliran yang keluar dari Muktazilah
adalah najariyyah yang kemudian terpecah menjadi burgutsiyyah, Za’faroniyyah,
dan Mustadrikah. Aliran lainnya yang berdiri sendiri adalah Bakriyyah,
Dhiroriyyah, Jahmiyyah, dan Karromiyyah.
Rasulolloh SAW telah memprediksikan bahwa
umat islam akan terpecah mejadi 73 golongan. Dari golongan tersebut yang
selamat hanya satu, yakni Ahlussunnah wal Jama’ah.
Posisi Ahlussunnah Wal Jama’ah
Ahlussunnah wal Jama’ah adlah sekelompok
orang yang konsisten mengikuti Sunnah Rasululloh SAW. Golongan inilah yang
medapat julukan Firqoh Najiyyah (golongan yang selamat). Mereka adalah
para ulama dari golongan Ahli Hadist, Ahli Ro’yi, dan para Ulama pendukungnya.
Mereka memiliki pandangan yang sama tentang pentauhidan kepada Allah SWT,
Sifat-sifat-Nya, keadilan-Nya, hikmah-Nya, nama-nama-Nya, tentang kenabian,
imamah dan masalah-masalah akidah yang lain. Barangsiapa yang masuk golongan
tersebut sampai akhir hayatnya, dan tidak tercampuri oleh aliran lain, maka ia
masuk dalam golongan selamat.Ahlussunnah Wal Jama’ah adalah golongan yang
benar-benar menghantarkan kita meraih keselamatan dunia dan akhirat.
Oleh : Farhan Shodiq dan Muhammad Hamdi
Sumber : al Farqu Bainal Firoq Karangan
Imam Abdul Qohir al Baghdadi
Dan al Kawakibullama’ah karangan Syaikh
Abdussyakur as Senori.
Post A Comment:
0 comments: